duh… sulit ya, pertanyaanya, soalnya aku… dua-duanya. :c

aku tipe orang yang susaaah banget buat elaborasi perasaan sendiri (tapi jago banget kalau identifying perasaan orang lain), jadi aku sering gak suka sama aftermath setiap aku ngutarain perasaanku sendiri. terus buatku, energi tuh berharga banget, and anger takes up a lot of my energy jadi aku gak bakal marah karena one time matter, matter kecil, atau sama sembarang orang; biasanya penyebab marahku tuh sesuatu yang udah akumulatif dan ke… orang-orang penting aja, jadi kalau orangnya gak penting, peduli pun enggak. :D makanya biasanya kalau marah… aku diem, karena rasanya di hati tuh berkecamuk banget WKWKWK selain kecewa, sedih, hopeless (takut mereka gak berubah), aku juga takut ngeluarin kata-kata yang gak seharusnya mereka denger karena aku marah. tapi di waktu begini, aku cuma mau liat komitmen mereka buat yakinin aku kalau mereka tau salah mereka apa, aku juga harus tau kalau mereka paham mereka bisa berubah dengan cara apa. baru dari sini, aku bisa ngerasa lebih tenang dan point out salahnya apa, perasaanku gimana, dan apa yang aku harapin dari mereka… both are pretty much a set of steps for me. 🤗