hello, Anon-san! · 1y

Hai kak, aku umur 22th jln 23 thn. Aku sering bgt nangis karena kayak kenapa hidupku kyk menyedihkan bgt? Biasanya anak paling tua kan yg tangguh, kuat, pinter sedangkan aku anak yg paling tua di keluargaku yg paling lemah dibanding adik aku yg berumur 10 thn pemikirannya jauh lebih dewasa. Dan emang sejak kecil aku dirawat ama nenek kakek aku dan balik ke ortu pas kelas 5 sd sdgkan adik aku dari lahir udah dirawat ortu aku. Apa emang pola asuh atau ada hal lain kak? Dan apa bisa aku bisa berpikiran dewasa sesuai dgn umurku? Dan juga pernah waktu sd pernah merancang percobaan bunuh diri dengan tapi gagal dan pas semester 5 aku pernah hampir Lompat dari balkon kamarku tapi gagal dan aku pernah ke psikiater tapi karna aku masih dibiayain oleh ortu jadi aku cut dan ortu tidak suka kalau aku cek ke psikiater lagi dan skrg aku kyk ngerasa ngga ada harapan hidup tetapi disisi lain aku masih ada yg ingin lakuin selama aku masih hidup gimana ya kak? Btw thanks ya kak dan maaf kalau kata2nya agak berantakan banget

halo, anon-san. terima kasih ya sudah percaya di safe space abal-abal buatanku ini, hehe... terima kasih juga sudah berkenan menunggu kurang lebih 17 hari setelah message ini terkirim dan nyampe di retrospring-ku. aku baru kembali lagi ngeresponin semua message yang masuk dari anon-san di tanggal 9 April lalu karena beberapa alasan. jadi terima kasih (lagi) karena telah memahami kondisiku yang memang nggak bisa intens dan segera ngebalesin messages yang masuk di sini.

anon-san, mungkin anon-san perlu kembali melihat tweet yang ku-pinned ya. safe space ini bukan sebagai sarana konseling gratis, melainkan sifatnya hanya memberikan "P3K secara psikologis" aja. dari isi ceritamu, jelas bahwa kamu harus mengonsultasikannya kepada tenaga profesional seperti konselor, psikolog klinis, atau psikiater. segala hal yang telah kamu lalui jelas bukanlah hal yang "ringan". ibaratnya luka fisik, sepertinya tidak begitu mendapatkan perubahan yang berarti jika hanya mengandalkan obat-obatan P3K saja. jadi jangan ragu untuk kembali ke psikiater, ya. saat ini layanan poli jiwa bisa diakses menggunakan BPJS, kok. saat nanti hendak diberikan penanganan psikofarmaka (obat-obatan) oleh psikiaternya, kamu bisa menginfokan terlebih dulu kondisi fisik dan kondisi keuanganmu. karena memang ada case-nya suatu/beberapa obat yang tidak masuk dalam list BPJS, sehingga harus beli sendiri dan bayar dengan uang sendiri. perihal kondisi fisik perlu didiskusikan karena bisa jadi kamu memiliki alergi obat tertentu atau pernah mengalami efek samping tertentu saat mengonsumsi suatu obat pereda atau penenang.

umurmu anggap sudah 23 tahun ya, anon-san. itu tandanya kamu sudah dewasa. kamu berhak atas hidupmu sendiri. kamu bertanggung jawab penuh atas apa yang kamu hadapi saat ini. perihal orang tua yang tidak suka kalau cek ke psikiater lagi, reaksiku jujur yaa kayak, "so what"? gini, deh. kamu tersiksa nggak, dengan kondisimu sekarang? kamu ngerasa capek lahir-batin nggak, dengan isi kepala dan batinmu saat ini? kamu ngerasa butuh pertolongan profesional nggak? kalau emang dari isi hati kecilmu mengatakan "enggak", tanpa pengaruh dan/atau paksaan dari luar, yaa berarti kamu nggak usah ke konselor/psikolog klinis/psikiater. tapi kalau kamu mengatakan "iya", maka kumpulkanlah sisa-sisa energi yang ada secara perlahan untuk nge-reach tenaga profesional. perihal dinamika keluarga hingga riwayat suicidal thoughts di usia dini jelas bukanlah hal yang bisa aku jawab di sini secara pasti. bukan juga hal yang bisa masing-masing individu atasi sendiri, termasuk kamu kan? dengarkan suara hatimu, penuhilah kebutuhan emosionalmu dengan baik. kenapa kamu harus memperhatikan perasaan orang tuamu, sedangkan dirimu sendiri perlu diperhatikan? kenapa kamu harus memperhatikan persepsi orang tuamu, sedangkan mereka bisa tega-teganya nggak suka kalau kamu cek ke psikiater... itu tandanya mereka mikirin kamu apa nggak? buat apa kamu musingin orang yang nggak mikirin kamu? ngenesnya lagi, diri kamu udah ngasih sinyal macem-macem (suicidal thoughts, suicide attempts, sering nangis, dll) sebagai tanda kalau KAMU lah yang butuh diprioritaskan terlebih dahulu? kenapa kamu mengabaikan dirimu sendiri?

blatantly speaking, kalau kamu terus-terusan berpikir seperti ini, maka kamu akan terus-menerus hidup dengan kondisi seperti ini pula. kamu sering beranggapan hidupmu menyedihkan dengan segala hal yang sudah kamu alami tapi kamu cut psikiater, maka percayalah. hidupmu akan menyedihkan seperti ini terus, bahkan akan semakin menyedihkan, bagaikan terperangkap dalam goa yang luasnya semakin menyempit dan sesak seiring kamu melaluinya. aku berani ngomong kayak gini karena aku pernah hidup di situasi seperti itu bertahun-tahun. memang menjadi sosok rentan yang penuh ketidakberdayaan adalah hal yang sangat melelahkan. tapi kamu punya hak untuk "lepas" dari rasa lelah itu, melanjutkan hidupmu perlahan, menemukan kebahagaiaan versimu, dan hidup dengan rasa penuh yang membanggakan. silakan dibaca baik-baik responku ini, ya. tidak harus saat ini juga kamu ke psikiater. tidak harus saat ini pula kamu menemukan jawabannya. tidak harus saat ini pula kamu pulih dan bahagia. dinikmati saja proses pemulihanmu. yang jelas, kamu layak untuk terus melanjutkan hidup, apapun dan bagaimana pun masa lalumu. kamu layak untuk tumbuh menjadi pribadi yang lebih kuat dan berdaya di masa depan, seberat apapun kisah yang lagi kamu perjuangkan seorang diri. terima kasih telah bertahan sampai detik ini, ya!

Retrospring uses Markdown for formatting

*italic text* for italic text

**bold text** for bold text

[link](https://example.com) for link