Retrospring is shutting down on 1st March, 2025 Read more
She/Her • ENFJ 2w3 • a part of the―not really―last millennials • 🐱❤️ • 👩🏻🎓 counselor • 自分を知れば人生は楽になる
512
hah? apa? gimana?
Tiga permen milkita sama dengan segelas susu
Kak, aku harus gimana? Aku pikir aku udah jadi lebih baik ternyata sebulan terakhir ini waktu ketemu temen, mereka bilang aku makin kelihatan gak baik-bak aja.
4 tahun yang lalu, tahun 2019 aku putus. Dia pacarku selama 3 tahun. Dia temenku duluan lalu jadi pacar. Setahun kemudian aku LDR, dan di tahun ke 2 LDR dia sudah bicara serius ke orangtuaku. Tapi allah tunjukkan dia bagaimana. Selama LDR, setiap kita ada kesempatan berkunjung ke kota rantau masing2, pasti kita sempetin. Naturally, temen2 kampus dia jadi temenku juga. Ada satu orang yang berubah jadi temen sobiku, temen yang ini cewek ya. We were close enough to telling eact other our everyday life. Tahun itu, saat pembicaraan hubungan kita semakin serius, tiba-tiba temen yg aku maksud diatas, chat aku kalau dia merasa mau "menyelamatkan"ku dari dia krn sebenarnya mereka punya hubungan dibelakangku dan sudah berlangsung sejak aku berkunjung ke kampusnya cowokku. Padahal selama itu aku sering ke kampusnya, kenal sama banyak orang tapi none of them yg ngasih tau aku kalau mereka selingkuh dibelakangku.
Saat itu juga aku serasa hilang, aku merasa worthless aku merasa dipermainkan aku merasa ditipu habis-habisan oleh semua orang. i'm such a fool, for love and for friends. Di khianati orang2 yang kusayang, pacar dan temen2ku. I thought she's such a good friend to me, but nope setelah bilang hal itu, dia lanjut pacaran sm exku kak:')
Aku tau he's not the one, and i alr accepted and moved on, gaada rasa yg kesisa. Lalu pandemi tiba, dan honestly im feeling okay. Kecuali aku jd terbiasa gak percaya sama orang baru, im afraid of them. aku takut dikhianati dan jadi orang bodoh lagi. Setiap ada temen baru, aku udah punya banyak kekhawatiran, what if what if..... so i never got close to anyone, ever since.
Tapi kak, rasanya aku pengen melangkah maju dan nggak berprasangka buruk ke orang lain😭
halo, anon-san! makasih ya udah berkenan mengirimkan ceritamu ke safe space abal-abal ini, wkwk! dengan kamu ngirimin cerita ini, itu tandanya kamu percaya sama aku. jadi makasih lagi karena kepercayaan itu muahal buanget harganya (bagi aku, hehe). apa yang udah kamu alami sejauh ini adalah hal yang sangat berat pastinya. aku bisa membayangkan betapa hancur, kecewa, dan terlukanya kamu saat itu. masalahnya nggak cuman satu orang aja yang berkhianat. ada buanyak orang yang terlibat dalam kisah menyakitkan ini. jadi sangat wajar pula apabila dampaknya kamu menjadi sulit percaya dengan orang lain. ibaratnya kamu habis dikeroyok secara fisik sama banyak orang, mungkin saat ini kamu sudah bisa pelan-pelan melupakan apa yang telah mereka perbuat ke kamu. mungkin juga fisik kamu udah pulih seperti sedia kala. tapi rasa sakitnya saat dikeroyok, nyut-nyutan luka fisik yang kamu dapatkan selang beberapa waktu setelah kejadian, hingga perjuanganmu untuk bisa memudarkan bekas keroyokan itu kan nggak gampang dilupain gitu aja. "rasa" itulah yang membuat kamu sekarang ini bawaannya curigaan aja gitu sama orang lain.
understandable, kok. sangat bisa dipahami. dalam beberapa kasus, orang yang mendapatkan isu kesehatan mental pun tidak melulu karena korban orang tua beracun, atau korban kekerasan, atau orang yang tengah menjalani quarter life crisis. korban bencana alam, pasca ditinggal orang terkasih (meninggal), hingga korban perselingkuhan pun juga bisa mengalami hal tersebut. sehingga jika kamu merasa sudah melakukan segala cara untuk pulih secara mandiri namun prasangka buruk itu masih nempel dengan kuat, bahkan hingga membuat kemampuan bersosialisasimu berjalan sangat tidak maksimal, kamu bisa nge-reach tenaga profesional seperti psikolog klinis untuk mengonsultasikan kendala-kendalamu lebih dalam. I mean, isu percintaan menjadi salah satu dari enam isu besar di Jepang yang menyebabkan seseorang memutuskan untuk mengakhiri hidup, lho. aku berani bilang gini karena ada datanya dari Kemensos-nya Jepang yang collab sama Kepolisian Negara Jepang. datanya pun data kualitatif dan kuantitatif yang baru dirilis bulan Februari 2023 lalu. jadi masih fresh, ya... tenang aja, gue bukan tipe orang yang "asal bunyi" atau "asal komen", kok.
anon-san, aku seneng banget kamu memiliki keinginan untuk melangkah maju dan nggak berprasangka buruk terus-terusan ke orang lain. itu tandanya suara hati terkecil kamu ngasih sinyal nih, buat kamu bangkit dan bergerak pulih. nggak semua orang bisa punya keinginan seperti ini, lho. nggak jarang juga mereka menyalahkan keadaan dan terus-menerus meratapi dirinya sendiri seakan-akan dirinya memang ditakdirkan hidup sial, misal. artinya apa? kamu punya survivor mentality yang patut aku apresiasi dan acungi jempol. kamu nggak nyalahin diri terus-terusan, kamu nggak ngecekokin dirimu dengan kata-kata negatif, dan kamu sadar bahwa kamu perlu berupaya demi kisah yang lebih baik. sehingga yang perlu kamu ingat selanjutnya, kamu beneran layak untuk bahagia kok, anon-san. kamu layak untuk mendapatkan cinta yang sehat dari orang yang sehat pula. kamu layak untuk berelasi dengan orang-orang sehat di lingkungan yang sehat. kamu layak bertumbuh dan berdaya secara sehat. kehadiran kamu benar-benar seberharga itu di dunia ini. maafkanlah dirimu yang pernah terluka karena mereka, ya. tunjukan ke dirimu bahwa kamu tidak layak menerima perlakuan seperti ini lagi. sayangi, hormati, dan cintailah dirimu banyak-banyak. dengan begitu, ketika tangki kehidupanmu sudah penuh, kamu pun akan kembali bisa menghormati dan mencintai orang-orang di sekitarmu. kamu akan kembali berani memulai relasi dengan orang baru. semangat ya, anon-san. kita lewati ini bersama-sama, ya.
Hi kak terimakasih udah buka sesi ini, aku terbantu banget karena aku gak tau mau cerita dan minta saran ke siapa. Aku ada rencana ingin sekali kerja ke Jepang dan aku ingin ikut LPK, tapi aku masih takut karena pelajaran Bahasa Jepang yang dulu pernah aku kuasai hilang semua karena jarang aku aplikasikan😭 Aku sedih banget tapi aku ingin mulai semuanya dari awal lagi dan seriusin, aku ingin bisa masuk LPK dengan sudah ada bekal. Aku saat ini baru bekerja 1 tahun dan lagi nabung juga untuk biaya LPK. Dari kak Ara ada saran kah metode belajar, aplikasi, buku referensi (selain minna no nihonggo), situs yang bisa bantu aku belajar otodidak karena sebelumnya aku belajar secara formal di sekolah. Doain aku ya kak, aku juga ingin seperti kak Ara yang udah pernah berkesempatan ke Jepang dan menetap sementara disana, aku selalu bayangin pasti pengalaman itu akan sangat bisa membuat aku merasa hidup kembali walaupun aku juga yakin gak akan semudah itu nanti untuk bertahan dan tinggal disana. Terimakasih kak sudah meluangkan waktu untuk membaca dan menjawab, semoga kakak sehat selalu! Nanti suatu hari nanti saat aku udah di Jepang aku akan ketuk DM kak Ara hehe jangan kaget ya kak! 😁
halo, anon-san! makasih banyak udah percaya sama safe space buatanku yang unfaedah ini ya, hehe. memang tinggal di Jepang itu bikin nagih, tau. meskipun mungkin "kepribadian" Jepang agak berbanding terbalik dengan kepribadianku yang zuper extrovert, tapi justru di sanalah aku bener-bener belajar buanyak hal yang nggak aku dapetin selama di Indonesia. pentingnya respek dengan ranah privasi orang lain, pentingnya menjaga janji dan disiplin, sampai pentingnya berempati dengan sesama manusia meski hanya sebatas mendengarkan tanpa berkata-kata. iya, soalnya kan Jepang salah satu negara yang terkenal dengan isu mengakhiri hidupnya, ya. aku bener-bener baru melek soal pentingnya isu kesehatan mental yaa justru pas di sana, bukan pas di sini wkwk! aneh, ya? baca message kamu ini, aku juga jadi pengen balik lagi ke Jepang tapi bingung juga mulai dari mana, hoho. semoga Allah menunjukan jalan yang terbaik buat kita bisa pergi dan stay di Jepang, ya!
perihal LPK, setahuku ada beberapa LPK yang ngajarin peserta didiknya dari 0 kok. jadi kamu nggak perlu khawatir dengan kesiapan kemampuan Bahasa Jepangnya. kebetulan ex crush-ku pernah ada pengalaman ngajar di LPK. nah, dua hari yang lalu sebelum ngebales message-mu ini, kami sempet ngobrolin soal LPK gitu wkwk! cuman memang akan lebih baik lagi jika basic nihongo-nya udah kuat. karena ada beberapa kelas/tes yang nggak perlu kamu ikuti kalau udah yakin dengan kemampuan nihongo-nya. lebih syukur lagi kalau kamu udah pernah mengikuti ujian Nihongo Nouryoku Shiken/Noken (日本語能力試験) dan lulus di level N4. kamu tinggal memoles sedikit nihongo-nya, lalu bisa langsung ikutan seleksi interview/mensetsu (面接) dengan beberapa perusahaan Jepang yang bekerja sama dengan tempat LPK-mu kelak. memang untuk konteks ini, kemampuan percakapan dan menyimak kamu harus bagus banget, meskipun bukan berarti menomorduakan kemampuan menulis dan membacanya, ya.
berdasarkan hal itu, yang jadi fokusku adalah belajar materi N5 dulu sebagaimana orang-orang yang hendak mempersiapkan Noken N5. Kamu bisa beli buku Nihongo So-Matome (日本語総まとめ) khusus N5. sepengalamanku, buku itu ngebantu banget buat "belajar cepat". buku itu punya "target" belajar satu hari = dua halaman. jadi diharapkan satu buku itu bisa diselesaikan selama 8 minggu. jadi buku ini aku rekomendasiin banget untuk kamu yang lagi ada kesibukan tapi mau rutin belajar nihongo atau mau "slow but sure" belajar nihongo-nya. untuk level N5, dengan satu buku aja udah bisa belajar vocab, grammar, reading, kanji, dan listening. tapi di level N4 dan seterusnya, satu buku = satu aspek bahasa. jadi kayak ada buku khusus grammar N4-nya, ada buku khusus kanji N4-nya, dst. pelan-pelan aja belajarnya, soalnya nihongo itu SYULID WKWKWK! tapi aku percaya kamu bisa melaluinya dengan baik. semangat, ya! terima kasih juga karena berkat message-mu, jadi ikutan semangat belajar nihongo hehe. kita belajar bareng-bareng, ya!
halo kak ara!!! gimana harinya? gimana kabarnya? semoga sehat dan bahagia selalu ya kak.. kalo aku dateng kesini berarti tandanya aku engga baik-baik aja, tapi kali ini ada cerita senengnya meski sedikit hehe.. disclaimer kalo misal ngetiknya agak belibet maaf ya kak soalnya aku ngeluarin apa yang aku tahan selama 2 bulanan kemarin.. kak ara terima kasih banyak ya waktu itu udah buat skripsilicious disaat aku sedang strunggling sama skripsian dam akhirnya bisa terselesaikan dengan baik dan akhirnya februari kemarin aku bisa wisuda + bisa ngedapetin predikat lulusan berprestasi dan meskipun masih ada mahasiswa lain yang IPK-nya jauh lebih tinggi dari aku ngga masalah bagiku.. aku udah bisa wisuda aja seneng, pokoknya aku bener-bener bangga banget sama perjuanganku selama 3½ tahun ini..
tapi mirisnya aku ngga dapet apresiasi dari mamaku hehe.. mamaku yang dateng ke wisudaku aja terpaksa + ga ada excitednya gitu kak bahkan mendekati hari-h wisuda aku sampe bilang kalo emang keberatan buat dateng gaperlu dateng biar digantiin sama tanteku aku gapapa. padahal di wisuda adek beberapa bulan sebelumnya excited banget padahal kampus adek diluar kota itu beneran niat banget nyiapin outfit sampe nyiapin hadiah terus pas udah selesai wisuda adekpun juga mau foto bareng. sedangkan wisudaku kemarin yang kampusnya deket sama rumah berangkat nelat selesai wisuda mau minta tolong fotoin malah ngajak cepet-cepet buat pulang alasannya ada keperluan berujung aku ngga ada foto wisuda sama sekali hahaha sedih banget belom lagi ngga dapet apresiasi malah dibandingin sama adek sendiri wkwk padahal selama ini aku bener-bener udah ngga berharap apapun sama beliau aku udah buat benteng pertahanan diri biar ngga sakit hati tapi ngga tau kenapa pas kemarin itu rasanya sakit banget hahaha.. endingnya setelah wisuda itu aku ngga ngerasa hampa ngga tau harus ngerespon gimana.. mentalku kacau aku bener-bener ngejalanin hidup kaya zombie raganya doang yang aktivitas tapi jiwanya bener-bener kacau, kalau beneran capek bisa selfharm, minum obat apapun yang bikin ngantuk, tingkat s word meningkat bawaannya pengen nyusul alm. papa mulu soalnya terlampau capek..
sekarang aku sama adek sama-sama belom dapet kerjaan, berhubung tahun ini aku fokus sama pemulihan kesehatan otomatis kalo buat kerja diluar kota belum memungkinkan karna sebulan bisa bolak-balik RS beberapa kali. tapi aku yaam ngga diem doang aku nyoba nyari kerja remote yang sesuai bidangku cuma ternyata emang ngga ada jadi ya aku sekarang cuma bisa pasrah. aku pengen nyoba kursus/les gitukan tapi ngga dikasih izin malah diremehin les gitu manfaatnya buat apa eh pas adek minta les dengan mudahnya dikasih izin dong wkwk. aku ngerasa makin bertambah usiaku tuh perlakuan diskriminasi mamaku makin jelas banget bahkan sampe tanteku sendiri pada tau kelakuan mamaku kaya gimana. rasanya makin lama dirumah aku bakal gila soalnya hampir tiap hari mentalku dikikis mulu.
adekku adekku terlahir normal tanpa ada cacat fisik bisa masuk sekolah ternama, tiap kali dibangga-banggain mulu, aku terlahir disabilitas yang berjuang buat tetap bertahan hidup sering kali dapet diskriminasi, dibilang nyusahin mulu.. jujur aja aku ngerasa ini semua ngga adil, ya kalau lahir di dunia bisa request aku juga maunya terlahir normal tanpa cacat fisik biar ngga nyusahin mulu. kak ara, aku udah capek kalo aku nyerah sekarang salah ngga??
halo, anon-san! sebelumnya aku mau ngucapin makasih banget sudah percaya dengan safe space abal-abalku ini yaa, hehe. aku juga mau ngucapin selamat telah berhasil diwisuda dan mendapat gelar baru! tentu bukan hal yang mudah untuk bisa menyelesaikan skripsi, lulus 3,5 tahun, dan mendapatkan gelar berprestasi. terima kasih banyak ya, karena bagaimana pun dan apapun, kamu selalu mengusahakan yang terbaik bagi dirimu sendiri. terima kasih banyak karena telah berjuang melewati semuanya dengan sangat baik hingga detik ini. aku beneran bangga banget sama kamu, anon-san!
anon-san, aku turut menyesal peristiwa ini harus menimpamu. pasti rasanya terluka sekali ya, saat menyadari bahwa ada perlakuan yang berbeda dari ibu kandung sendiri, sosok yang menghadirkan kita ke dunia, sosok yang idealnya bisa menjadi rumah penuh kehangatan bagi anak-anaknya, sosok yang seharusnya bisa membagi cintanya tanpa ada tapi. aku bisa ngebayangin gimana nyeseknya saat kamu sadar kalau ibumu terlihat ogah-ogahan mendatangi acara wisuda tapi pengennya cepet-cepet pulang sampai kamu nggak punya koleksi foto wisuda kayak gitu. aku bisa ngebayangin juga gimana rasa sedih kamu yang sudah berjuang membanggakan orang tua dengan menjadi mahasiswa berprestasi, tetapi malah tidak mendapatkan sepatah kata pujian pun dari sosok yang kamu persembahkan kerja kerasnya. ditambah lagi saat kamu ingin ambil kursus malah dipandang sebelah mata dan berujung tidak diberikan izin. tapi anehnya pas adikmu minta, malah dikasih izin dan seakan mendapat restu tanpa perlu memohon-mohon dan mengemis iba padanya ya?
understandable jika kamu merasa down parah hingga benteng pertahanan yang sejauh ini kamu bangun seketika hancur dan tidak berarti. wajar jika banyak emosi negatif yang berkumpul di dalam batinmu saat ini, anon-san. apalagi situasi yang kamu hadapi itu sudah berlangsung secara menahun, kan? barangkali juga tidak hanya ibumu yang berlaku diskriminatif kepadamu. barangkali di luar sana ada yang menyakitimu sehingga membuatmu merasa seakan hidup sebagai manusia yang tidak memiliki arti apa-apa. ditambah lagi kamu sering mendapat perkataan negatif, yang salah satunya adalah dibilang nyusahin mulu, gitu ya? sangat wajar apabila kamu sedih, ingin marah tapi nggak tahu marah ke mana dan ke siapa, hingga merasa hancur dari dalam.
btw kebetulan nih, aku punya bestie yang difabel juga, cowok. kita temenan dari SMP dan sampai sekarang Alhamdulillah nggak lost contact. alasan keduaku bisa memahami ceritamu karena dia pun pernah mengalami hal yang sama, meskipun bukan didiskriminasi oleh keluarga sendiri. waktu SMA, dia tuh pernah di-bully abis-abisan. bener-bener masa SMA dia tuh kayak neraka, katanya. padahal dia sekolah di salah satu SMAN favorit di Jaksel! image-nya anak-anak sekolahan yang berpendidikan dan bisa jaga perilaku, ya. eh nggak tahunya mental pem-bully dan suka mengotak-ngotakkan kondisi orang lain. cemen banget nggak sih, orang-orang kayak gitu? padahal ya, kalau mereka tukeran posisinya sama teman-teman difabel yang lain, belum tentu mereka mampu menjalani hidup dengan baik seperti teman-teman difabel, seperti kamu salah satunya. aku pernah nanya ke bestie-ku itu, "lo nyesel gak, terlahir dengan kondisi kayak gini?". tapi Alhamdulillah banget dia bilang, "enggak kok, Ra. justru dengan gue kayak gini, gue jadi mengerti bahwa gue harus tetap semangat menjalani hidup meski gue punya keterbatasan fisik. gue jadi bisa tahu siapa-siapa aja yang tulus dan jujur sama gue. gue jadi tahu juga kalo kemampuan gue menaklukan dunia sebenarnya nggak terbatas. gue bisa jadi penyelamat buat diri gue sendiri". gitu, anon-san! seketika aku tuh ngerasa bersyukur banget bisa dikasih kesempatan sama Allah untuk menjalin relasi pertemanan dengan beragam orang, mulai dari yang kondisinya A sampai Z. aku jadi belajar banyak hal yang aku nggak dapetin selama di bangku sekolah & perkuliahan, lepas dari urusan tetek-bengek teoritis yang kadang bikin ubun-ubun nyut-nyutan saking kompleksnya!
anon-san, aku harap kamu bisa menemukan alasan untuk bertahan di tengah perlakuan tidak adil dari orang-orang di sekitarmu, ya. apapun dan bagaimana pun kondisimu, kamu tetaplah berlian yang sangat berharga, bahkan lebih berharga dari permata apapun di dunia ini. mungkin kamu belum bisa menerima ini, tapi Allah (Tuhan) menciptakan segala hal di dunia ini ada manfaatnya, termasuk mengapa kamu ada di dunia ini. mungkin keberadaanmu dinilai menyusahkan atau memalukan bagi ibumu, ya. tapi percayalah, anon-san. di luar sana ada orang yang sangat bersyukur memilikimu, sebagaimana aku yang bersyukur dipertemukan oleh Allah dengan bestie-ku itu. mungkin kasarannya ibumu menilai kamu tidak ada apa-apanya, tapi percaya deh. di luar sana ada orang yang sangat menghargai kepribadian, semangat, dan prinsip hidupmu, terlepas dari keterbatasan yang kamu punya. kehadiranmu di dunia ini pasti pernah menginspirasi sebagian orang yang nyaris menyerah juga, anon-san. sekali lagi, aku nggak menyalahkan pikiranmu yang ingin menyerah karena itu adalah hal yang sangat wajar dialami. namun aku berharap suatu saat nanti kamu akan merasa bersyukur dan bangga kepada dirimu sendiri karena kamu berhasil menarik niatmu dan tetap bergerak melanjutkan hidup. terima kasih banyak telah lahir di dunia ini ya, anon-san. aku bener-bener bangga sama kamu dan bersyukur banget bisa dipertemukan sama kamu meski secara virtual. peluk hangat dari jauh untuk kamu, anon-san!
hai kak ara!! gimana kabarnya? kak aku mau minta pendapat nih, jadi selama aku jadi mahasiswa tuh shock banget ngadepin temen, adik + kakak tingkat yang dateng+inget kalo lagi butuh doang. contoh yang sering ku alamin pada minta tugas dan mintanya tanpa babibu langsung bilang minta file mentahannya alasannya ntar template banget buat baca ngga taunya dijiplak wkwk.. berhubung aku sering ngalamin hal kaya gitu ya kalo ada yang minta file mentahan bakal ku respon dengan menanyakan bagian mana yang mereka masih bingung atau kurang paham nanti aku bantu jelasin endingnya ngga dijawab terus ntar pada ngejauhin, like wth? padahal akunya ngasih pilihan lain buat ngebantu? meski posisi akunya udah lulus dari mata kuliah itu tapi kan ya biar bisa lulus aku bener-bener berjuang buat nyari-nyari info atau ngga tanya bukan nyari enak dengan minta file mentahan. menurut kak ara kalo dapet kaya gini lagi harus nyikapin kaya gimana lagi kak? soalnya aku udah muak banget.
halo, anon-san! terima kasih ya, udah berkenan mengirimkan uneg-uneg kamu ke safe space abal-abal ini, hehe. emang nyebelin banget di situasi kayak gitu, anon-san. rasanya pengen getokin palanya satu-satu pake wajan teflon diameter 40 cm dengan kekuatan seribu kuda :') waktu kuliah, aku sering banget ada di situasi itu. bahkan dulu buku catetanku pernah dicolong & difotokopi diem-diem sama sekumpulan geng ciwi-ciwi "cantik". ketahuannya tuh pas aku ke fotokopian karena diminta tolong salah satu sensei aku buat motokopi bahan kuliah untuk minggu depan. gilanya lagi, waktu ujian kan duduknya bebas gitu, nggak ditentuin kayak waktu sekolah. mereka tuh langsung ngelilingin bangkuku dgn harapan bisa nyontekin aku! sadar digituin, pas dosenku masuk ruangan, yaa aku langsung pindah duduknya lah! aku ambil kursi yang tepat di depan meja dosen. kebetulan area depan masih kosong karena you-know-lah-kenapa-alasannya hehe...
menurutku apa yang kamu lakukan sudah sangat baik kok, anon-san. kamu masih mau berbaik hati menanyakan apa yang menjadi kendala mereka untuk kemudian didiskusikan bareng-bareng. if I were you, GAK BAKALAN gue respon, zzzumpach! soalnya aku juga punya banyak urusan. ngapain aku nolongin orang yang bahkan nggak mau nolongin dirinya sendiri? ngapain aku berjuang untuk orang yang nggak punya daya juang? gitu lho kasarannya. jangan-jangan kamu takut dijauhin yaa? wkwk! nggak usah takut dimusuhin orang kayak gitu. kalau sampe kamu dimusuhin sama orang-orang begitu hanya karena masalah gituan, berarti personal boundaries kamu udah kuat dan bagus banget! kamu jadi pribadi yang gak gampang ditekuk sama orang-orang kayak gitu. mereka kesel karena mereka nggak bisa dapetin apa yang mereka mau dari kamu, sehingga mereka akan memengaruhi situasi dan orang lain supaya "pro" ke mereka dan ikut-ikutan musuhin kamu. supaya apa? kamu frustrasi dengan keadaan dan "nyerah". emang gitu polanya. masalahnya, kamu mau nggak digituin? kamu mau ditekuk sama orang kayak gitu?
jadi sejauh aku baca message kamu sih, kamu nggak salah kok. apa yang sudah kamu lakukan itu benar. jadi yaa nggak ada yang harus diubah dari kamu. pesanku cuma satu: nggak usah takut jadi orang yang dibenci. ketika kamu dibenci, nggak selamanya karena kamu melakukan kesalahan. bisa jadi kamu dibenci sama orang-orang macem itu karena SEBENERNYA mereka sedang membenci dirinya sendiri yang nggak bisa seperti kamu. mereka nggak bisa menjalani hidup seperti kamu. tegakkan kepalamu dan lanjutlah berjalan ke depan tanpa ragu, anon-san! semangat!
Hai kak, aku umur 22th jln 23 thn. Aku sering bgt nangis karena kayak kenapa hidupku kyk menyedihkan bgt? Biasanya anak paling tua kan yg tangguh, kuat, pinter sedangkan aku anak yg paling tua di keluargaku yg paling lemah dibanding adik aku yg berumur 10 thn pemikirannya jauh lebih dewasa. Dan emang sejak kecil aku dirawat ama nenek kakek aku dan balik ke ortu pas kelas 5 sd sdgkan adik aku dari lahir udah dirawat ortu aku. Apa emang pola asuh atau ada hal lain kak? Dan apa bisa aku bisa berpikiran dewasa sesuai dgn umurku? Dan juga pernah waktu sd pernah merancang percobaan bunuh diri dengan tapi gagal dan pas semester 5 aku pernah hampir Lompat dari balkon kamarku tapi gagal dan aku pernah ke psikiater tapi karna aku masih dibiayain oleh ortu jadi aku cut dan ortu tidak suka kalau aku cek ke psikiater lagi dan skrg aku kyk ngerasa ngga ada harapan hidup tetapi disisi lain aku masih ada yg ingin lakuin selama aku masih hidup gimana ya kak? Btw thanks ya kak dan maaf kalau kata2nya agak berantakan banget
halo, anon-san. terima kasih ya sudah percaya di safe space abal-abal buatanku ini, hehe... terima kasih juga sudah berkenan menunggu kurang lebih 17 hari setelah message ini terkirim dan nyampe di retrospring-ku. aku baru kembali lagi ngeresponin semua message yang masuk dari anon-san di tanggal 9 April lalu karena beberapa alasan. jadi terima kasih (lagi) karena telah memahami kondisiku yang memang nggak bisa intens dan segera ngebalesin messages yang masuk di sini.
anon-san, mungkin anon-san perlu kembali melihat tweet yang ku-pinned ya. safe space ini bukan sebagai sarana konseling gratis, melainkan sifatnya hanya memberikan "P3K secara psikologis" aja. dari isi ceritamu, jelas bahwa kamu harus mengonsultasikannya kepada tenaga profesional seperti konselor, psikolog klinis, atau psikiater. segala hal yang telah kamu lalui jelas bukanlah hal yang "ringan". ibaratnya luka fisik, sepertinya tidak begitu mendapatkan perubahan yang berarti jika hanya mengandalkan obat-obatan P3K saja. jadi jangan ragu untuk kembali ke psikiater, ya. saat ini layanan poli jiwa bisa diakses menggunakan BPJS, kok. saat nanti hendak diberikan penanganan psikofarmaka (obat-obatan) oleh psikiaternya, kamu bisa menginfokan terlebih dulu kondisi fisik dan kondisi keuanganmu. karena memang ada case-nya suatu/beberapa obat yang tidak masuk dalam list BPJS, sehingga harus beli sendiri dan bayar dengan uang sendiri. perihal kondisi fisik perlu didiskusikan karena bisa jadi kamu memiliki alergi obat tertentu atau pernah mengalami efek samping tertentu saat mengonsumsi suatu obat pereda atau penenang.
umurmu anggap sudah 23 tahun ya, anon-san. itu tandanya kamu sudah dewasa. kamu berhak atas hidupmu sendiri. kamu bertanggung jawab penuh atas apa yang kamu hadapi saat ini. perihal orang tua yang tidak suka kalau cek ke psikiater lagi, reaksiku jujur yaa kayak, "so what"? gini, deh. kamu tersiksa nggak, dengan kondisimu sekarang? kamu ngerasa capek lahir-batin nggak, dengan isi kepala dan batinmu saat ini? kamu ngerasa butuh pertolongan profesional nggak? kalau emang dari isi hati kecilmu mengatakan "enggak", tanpa pengaruh dan/atau paksaan dari luar, yaa berarti kamu nggak usah ke konselor/psikolog klinis/psikiater. tapi kalau kamu mengatakan "iya", maka kumpulkanlah sisa-sisa energi yang ada secara perlahan untuk nge-reach tenaga profesional. perihal dinamika keluarga hingga riwayat suicidal thoughts di usia dini jelas bukanlah hal yang bisa aku jawab di sini secara pasti. bukan juga hal yang bisa masing-masing individu atasi sendiri, termasuk kamu kan? dengarkan suara hatimu, penuhilah kebutuhan emosionalmu dengan baik. kenapa kamu harus memperhatikan perasaan orang tuamu, sedangkan dirimu sendiri perlu diperhatikan? kenapa kamu harus memperhatikan persepsi orang tuamu, sedangkan mereka bisa tega-teganya nggak suka kalau kamu cek ke psikiater... itu tandanya mereka mikirin kamu apa nggak? buat apa kamu musingin orang yang nggak mikirin kamu? ngenesnya lagi, diri kamu udah ngasih sinyal macem-macem (suicidal thoughts, suicide attempts, sering nangis, dll) sebagai tanda kalau KAMU lah yang butuh diprioritaskan terlebih dahulu? kenapa kamu mengabaikan dirimu sendiri?
blatantly speaking, kalau kamu terus-terusan berpikir seperti ini, maka kamu akan terus-menerus hidup dengan kondisi seperti ini pula. kamu sering beranggapan hidupmu menyedihkan dengan segala hal yang sudah kamu alami tapi kamu cut psikiater, maka percayalah. hidupmu akan menyedihkan seperti ini terus, bahkan akan semakin menyedihkan, bagaikan terperangkap dalam goa yang luasnya semakin menyempit dan sesak seiring kamu melaluinya. aku berani ngomong kayak gini karena aku pernah hidup di situasi seperti itu bertahun-tahun. memang menjadi sosok rentan yang penuh ketidakberdayaan adalah hal yang sangat melelahkan. tapi kamu punya hak untuk "lepas" dari rasa lelah itu, melanjutkan hidupmu perlahan, menemukan kebahagaiaan versimu, dan hidup dengan rasa penuh yang membanggakan. silakan dibaca baik-baik responku ini, ya. tidak harus saat ini juga kamu ke psikiater. tidak harus saat ini pula kamu menemukan jawabannya. tidak harus saat ini pula kamu pulih dan bahagia. dinikmati saja proses pemulihanmu. yang jelas, kamu layak untuk terus melanjutkan hidup, apapun dan bagaimana pun masa lalumu. kamu layak untuk tumbuh menjadi pribadi yang lebih kuat dan berdaya di masa depan, seberat apapun kisah yang lagi kamu perjuangkan seorang diri. terima kasih telah bertahan sampai detik ini, ya!
halo kak araaa, aku mau curhat lagii hehe aku yg kemarin curhat tentang temenku yg bikin story yg ga ada "aku" nya.
jadi kan akutu emg se angkatan cuma kita beda kelas. nah kemaren tuh emang kita ga sengaja ketemu. serius aku bingung mau reaksi gimana jujur aku tiap liat dia dari jauh pun kaya sesek gitu kaya langsung keinget lagi terus rasanya mau nangis tiap inget. nah kemaren tuh ketemu kan kita pas pasan dan dia nyapa gitu kaya biasa nanya2 juga. yaudah ku respon dia kak kaya biasa jg. yg aku heran kok bisa dia ga ngerasa bersalah. aku kira dia bikin story itu biar aku jauhin dia. tapi kok nyatanya dia kaya bersikap biasa aja. aku bingung + kesel juga dia tuh mau nya gimana. aku mau bersikap biasa aja tuh kaya udh sakit hati gitu kak, jujur masih kesel kalo keinget lagi sama storynya. akutuh bingung harus bersikap gimana setiap ketemu. sedangkan aku tuh rasanya sesek aja tiap liat mukanya.
halo, anon-san. wah, sepertinya safe space ini benar-benar bisa jadi safe space untukmu mengeluarkan segala gundah-gulana yang dirasa, ya. aku harap safe space ini ke depannya tidak hanya sekadar menjadi wadah bagi siapapun untuk numpahin uneg-unegnya anonymously, tapi juga bisa menjadi wadah untuk menambah kesadaran kritis sehingga terdorong untuk keluar dari lingkaran permasalahan yang dialami juga lebih "pede" dan mandiri dalam mengambil langkah-langkah terbaiknya dalam menghadapi permasalahan tersebut.
mungkin di dua pertanyaan kamu sebelumnya, aku sudah menyampaikan bahwa di dunia ini ada hal-hal yang bisa sepenuhnya kita kontrol dan ada hal-hal yang sepenuhnya tidak bisa kita kontrol. perihal bagaimana tindakan dan tuturan orang lain terhadap kita, perspektif kita di mata orang lain, body language mereka saat berhadapan dengan kita, adalah hal-hal yang tidak bisa kita kendalikan 100%. perihal "kok bisa dia ga ngerasa bersalah", "dia kaya bersikap biasa aja", dll itu yaa jelas nggak bisa kita kontrol. berharap dia punya rasa bersalah? berharap dia minta maaf dan ngejelasin semuanya ke kamu? bukankah itu sama saja seperti buang-buang energi? kenapa kamu sebegitunya sama dia, setelah apa yang sudah kamu hadapi selama ini? daripada memfokuskan energimu ke hal-hal yang tidak bisa kamu kendalikan, mungkin ada baiknya kamu fokus ke hal-hal yang bisa kamu kendalikan.
kamu berhak bahagia tanpanya, kok. kamu berhak untuk tidak mengizinkan dirimu tersakiti lagi dalam sebuah relasi pertemanan. perasaan bingung, kesal, sesek, hingga mau nangis adalah hal yang sangat valid. tapi aku harap ini tidak berlangsung lama, ya. kamu berhak menjalin relasi pertemanan dengan seseorang/suatu kelompok yang sehat, suportif, dan bisa saling membawa diri ke arah yang lebih baik. semangat, ya!
Halo kak ara! Kak aku bener2 bingung dan gak tau harus cerita sama siapa, maaf jg kl ini panjang bgt. Jadi aku anak pertama dari 2 bersaudara. Aku skrng ini ngerantau di luar kota, tp masing sering balik. Adik aku baru pacaran sama orang 4 tahun lebih tua dari dia, which is setengah tahun dibawah aku. My mom obsessed banget sama itu cowok, karena he is rich and having his own business. But aku sama my dad sebenernya gak suka sama dia. Mereka diem2 sering keluar kota bareng, kadang jg ijin kl ke luar kota, tapi ijinnya sama my mom aja coz she knows me and my dad dont like him. My mom bener2 terlalu support their relationship. Aku udah berkali2 ingetin awas aja smp ada apa2, coz i know style temen2 seumuran aku kl pacaran. And yes, long short story she is pregnant. Bener2 seperti apa yang aku takutin selama ini. Waktu aku tau aku cuma bilang aku gak kaget sama sekali karena aku udah berusaha keras ngingetin. My dad cuma bisa pasrah, mau gimana lagi kata dia, udah terlanjur, yg penting segera di sahkan. Dia bahkan setenang itu ga ngehajar itu cowok or adikku. Aku malah ngerasa lbh marah sama ortuku, selama ini aku selalu berusaha jadi anak yg terbaik buat mereka. Selalu ikutin kata2 mereka, even untuk hal2 kecil aku selalu minta persetujuan mereka. Bahkan hal2 yg mau aku lakuin sebatas menghype cowo2 kpop ku :' gak bakalan sampe bikin aib keluarga kaya gini. Aku beneran marah knp my dad ga marah, apa besok2 hal2 yg mau aku lakuin mending gak usah bilang? Soalnya sama aja if i make mistake juga paling bakal dimaafin pasrah udah terlanjur, but i guarantee bukan bikin aib keluarga kaya gini. Aku kecewa pengen marah sama semuanya, pengen ngata2in adik aku kaya lont*, pengen marah keluarin semua uneg2 aku sama my parents and pengen nonjok cowok adikku. Aku marah sama keadaan kenapa aku berusaha hidup baik2 bertahun, memprotect diri sebaik mungkin tp aku harus menanggung aib yg gak aku buat? Bahkan aku udah berusaha mencegah. Aku bener2 capek sampe dititik ini cuma pengen ngeluarin emosi, ngata2in orang. Aku harus gimana kak, aku capek. Ini pertama kalinya aku ngerasa secapek ini, ditambah masalah2 kerjaan juga. Aku gak siap gimana aku harus menghadapi temen2 aku dan orang diluaran sana kl sampai mereka tau ini.
halo, anon-san! sebelumnya makasih banyak sudah berkenan menunggu responku. udah sebulanan nggak buka retrospring karena berbagai macam alasan, tapi terhitung mulai kemarin (9 April?) udah mulai aktif lagi hehehe... terima kasih juga telah percaya sama safe space abal-abal buatanku ini, ya. semoga setidaknya kamu bisa memiliki wadah untuk mengekspresikan emosi tanpa perlu diketahui identitasnya.
anon-san, segala emosi yang kamu rasakan jelas valid adanya. dari message kamu, aku bisa merasakan ketidakstabilan emosimu karena kamu overwhelmed sama buanyak hal. kamu nggak abis pikir sama semuanya. kamu belum bisa mencerna dan menerima semuanya dengan baik dan kamu merasa ini semua nggak adil. mulai dari peringatan yang kamu lontarkan perihal relasi romantis adikmu kepada Ibu yang diabaikan, hingga kamu merasa kecipratan dan seakan turut serta atas apa yang sedang dialami adikmu padahal kamu sudah berbuat baik dan menjaga martabat keluarga. aku sangat sangat sangat bisa memahami apa yang kamu rasakan, anon-san. aku cukup bisa membayangkan betapa sulit dan lelahnya jadi kamu saat ini, meskipun yaa nggak 100% sih karena apapun aku bukan kamu.
anon-san, kalau aku boleh bilang, sebenarnya core problem rasa capek kamu bukan 100% di masalah ini kok. masalah adikmu ini kayak "gong"-nya aja. gong... alat musik? gong itu nggak tiap saat dibunyiin kayak, misal, kulintang atau suling saat event musik tradisional. tapi sekalinya dipukul, bunyinya mak duoooong dan "mendominasi" kan, ya? itulah keadaan kamu saat ini. kamu sendiri juga yang mengatakan bahwa sedang ada masalah pekerjaan. sebagai orang yang aktif bekerja, apapun profesi dan status karyawannya (mau freelance, magang, belum tetap, atau karyawan tetap) tuh sama-sama capek: capek fisik iya, capek batin apalagi. barangkali juga ada masalah-masalah lain yang kamu pendam dan ketumpuk dalam jangka waktu lama. kemudian, itu semua terakumulasi sehingga yaa inilah puncaknya. kamu mulai butuh space untuk meledakan semua emosi-emosimu. mulai pengen ngatain adikmu l***e, pengen marah sama semua orang, dan lainnya.
kalau menurutku pribadi, kamu tidak bertanggung jawab atas kejadian yang menimpa adikmu kok. good for you! karena kamu telah berhasil menjaga martabat keluarga. I mean, meskipun lahir dari sperma dan rahim yang sama, tidak berarti segala output-annya harus sama. mulai dari fisik hingga pola pikir, kebiasaan hingga kepribadian, pasti beda kan? apa yang menimpa adikmu adalah sepenuhnya tanggung jawab adikmu. apa yang menimpa adikmu bukanlah "aib" yang bahkan kamu harus menerima cipratannya. kemudian, "aib" di sini menurut siapa? kalau ternyata buat adikmu ini bukan aib, gimana? kalau ternyata buat orang tuamu bukan aib, gimana? tiap orang punya definisi dan indikator aib (untuk konteks ini, ya) yang berbeda-beda. mungkin kamu mengatakan hal tersebut adalah aib karena, salah satunya, terpengaruh oleh stigma masyarakat ya? kalau perempuan nggak bisa jaga "mahkotanya", maka dia adalah perempuan gagal, perempuan murahan, kayak l***e, sampah masyarakat yang cuma menuh-menuhin dunia doang?
dari sini bisa diketahui bahwa kamu sudah memperingati adikmu hingga Ibumu agar memerhatikan dinamika relasi romantisnya, tapi akhirnya adikmu mengalami kehamilan yang tidak diinginkan (KTD). bisa jadi sebelum kejadian itu, adikmu terpengaruh oleh "pembawaan" pacarnya. kita juga nggak tahu apakah ada kekerasan psikis yang subtle, yang dilakukan oleh pacarnya kepada adikmu. misal, memanipulasi hingga men-gaslighting adikmu agar mau berhubungan intim dengannya hingga menjanji-janjikan ini-itu? tidak semua orang langsung peka dengan hal-hal seperti itu. banyak hal yang harus "dibaca" secara jernih dari situasi ini, meskipun yaa memang sulit sih untuk kondisi kamu yang emotional state-nya kurang stabil ya?
fokuslah pada hal-hal yang bisa kamu kendalikan, anon-san. hidupmu akan terlalu penuh duka kalau kamu memusingkan hal-hal di luar kendali kamu. setiap hari, kita nggak akan pernah bisa menghindar dari orang atau momen yang ngejengkelin. If I were you, aku nggak akan semarah itu sama adik sampai punya pikiran untuk ngatain dia lont*. I mean, kalian sama-sama perempuankah? apakah iya kata "lont*" itu sebutan yang bijak diucapkan dari perempuan untuk perempuan? di luar sana nggak sedikit yang terpaksa menjadi le karena faktor ekonomi. apakah lont* serendah itu, sampai kamu pun kepikiran adikmu seperti lont*?
kemudian soal orang tuamu, anggap saja ini menjadi pelajaran yang berharga ketika kamu menjadi orang tua kelak. apa hal-hal baik dari mereka yang perlu kamu lanjutkan dan apa hal-hal kurang baik dari mereka yang perlu kamu putus agar anakmu tidak merasakannya juga. memang sakit rasanya, sangattt sakit. tapi apakah ada untungnya buat kamu dalam memelihara rasa sakit itu terus-terusan? mungkin nanti, di masa depan, kamu bisa curcol tipis-tipis sama Ibumu di kala situasinya lagi adem. ungkapin pelan-pelan perasaan kamu yang sungguh nyesek dan kecewa atas kejadian yang menimpa adik secara asertif dan halus. ajak beliau diskusi secara damai, mengapa begini dan begitunya. memang harus dikomunikasikan, sih... soalnya kalau dipendem terus yaa sama aja kayak kamu nanem bom waktu.
yang paling penting, temukan dulu core problem-nya. apakah benar-benar murni karena peristiwa ini, atau sebenarnya yaa persoalan adikmu ini cuma "gong" aja. belajarlah untuk melepas emosi secara sehat, jangan kebanyakan mendem atau merepresi emosi. kayak kita sakit nggak segera diobati malah dipendem pura-pura sehat, yaa lama-lama jadi makin parah dan bisa jadi ngerepotin orang sekitar atau ngeluarin biaya yang nggak sedikit. biarkanlah waktu membuatmu belajar untuk menerima dan memaafkan keadaan dengan lapang dada. gapapa, sekarang proseslah semua emosimu dengan bijak, ya. pelan-pelan aja. jangan terlalu keras sama diri sendiri. semangat!
Kak aku mau cerita jadi aku lahir di keluarga yg secara finansial tuh biasa aja. Bapakku dulu jadi TKI dan ibu sampai sekarang pedangang. Ibuku tuh punya keinginan dimana dia pengin semua anaknya berpendidikan dan sukses semua tanpa kecuali jadi ibuku ngajarin ke anak anaknya buat saling bantu. Jadi kakakku yang pertama sebut aja mba A, dia waktu itu kuliah di univ swasta yg terkenal di Jogja, waktu itu bapakku masih kerja jadi ortuku masih sanggup buat ngebiayain mba A. Dan gaji bapakku hampir 80% itu buat pendidikannya mba A sedangkan keperluan aku, kakaku yg kedua dan adikku itu ditanggung ibuku dari hasil jualan. Sampai akhirnya mba A lulus jadi sarjana dan diterima kerja. Trs kakakku kedua atau mba B ini hrs kuliah tapi kondisinya waktu itu bapakku kena PHK jadi terpaksa harus pulang dan semenjak itu bapakku udh ga kerja kecuali dapet panggilan, kaya serabutan gitu kak dan bapakku juga akhirnya bantu ibuku jualan. Ga lama dari itu si mba B kuliah di univ swasta. uang kuliah mba B ini ditanggung mba A tapi ortuku ga lepas tangan gitu aja, buat uang awal masuk kuliah si mba B ini pakai uang ortuku hasil pinjam di bank jadi tiap bulan ortuku hrs bayar ke bank. Oh iya Krn ibuku tuh mau semua anaknya sukses dan berpendidikan makanya ibuku pernah bilang kak, kalau nanti mba A udh jadi sarjana dan kerja, mba A bisa bantu ngebiayain kuliah mba B, dan klu mba B udh lulus dan kerja, mba B bantu kuliah aku, begitu juga aku kku aku dah lulus dan kerja aku bantu adikku. Tapi disini ortuku p kerja dan bantu memenuhi kebutuhan keluarga. Jadi bisa dibilang ortuku bukan tipikal ortu yg ngebebanin semuanya ke anak nya kak. Tapi semenjak mba A nikah dia merasa jadi sandwich generasi yang semua masalah keuangan keluarga itu ditanggung dia. Padahal buat kebutuhan makan dan biaya sekolah aku dan adikku masih ditanggung ortuku. Mungkin bener ya kak kakaku jadi sandwich generasi tapi aku kadang mikir juga klu sandwich generasi tuh mereka bener bener ga dikasih hak dari ortunya tapi harus nanggung kewajiban ortu mereka. Sedangkan kakakku dia disekolahin sampai jadi sarjana di univ yg lumayan elit dan jadi satu satunya anak ibuku yg disekolahin di univ bagus Krn emang waktu itu kondisi keuangan ortu masih stabil. Dan pernah waktu itu mba A bilang ke aku, klu mau jadi ortu tuh hrs dipersiapkan dari awal jangan sampai ngebebanin anak anaknya sampai besar (supaya anaknya ga jadi sandwich generasi) , jujur aku sakit hati banget waktu mba A bilang gitu seakan nyindir kedua ortuku. Aku bingung kak disini siapa yang salah ortuku atau mba A? Oiya pernah aku sampai nangis waktu aku mau masuk kuliah dan mba B udh dapet kerjaan trs mba A bilang ke mba B buat kerja aja buat dirinya sendiri dalam artian ga usah bantu aku kuliah, aku nangis kak waktu itu Krn waktu itu 2021 dan kondisi keuangan ortu belum sepenuhnya stabil. Tapi Alhamdulillah nya mba B langsung ngebantah omongan mba A. Aku bersyukur mba B beda pemikiran sama mba A. Jadi menurut kakak pemikiran ku tuh salah atau cara ortuku yang salah. Atau cara pikir mba A ini yang salah. Sebenarnya siapa yang salah, Krn dari tahun tahun kemarin sampai sekarang aku mikirin ini tapi ga pernah ketemu jawabannya.
halo, anon-san! terima kasih ya sudah berkenan menunggu ceritaku. udah sebulanan emang nggak aktif retrospring karena aktivitas real life, alasan kesehatan, dan jam rutinitas yang bergeser sejak bulan puasa. terima kasih juga telah percaya sama safe space abal-abalku dan berkenan berbagi cerita di sini.
kalau ditanya siapa yang salah dan kita terlalu fokus ke sana, pikiran dan energi kita akan terbuang sia-sia ke sana karena emang nggak ada jawaban "hitam" dan "putihnya". mungkin kamu nggak terima dengan jawabanku, tapi sebagai orang yang berlatar belakang keilmuan sosial-humaniora, kalau ngomongin dinamika manusia baik dari lensa individu (level mikro; misalnya Psikologi) atau lensa masyarakat (level makro; misalnya Sosiologi) dan kita fokus menghitamputihkan apa yang terjadi, bisa duarrr mbledos bolong otaknya wkwk! so far ya, sebagai anak soshum yaa hanya bisa berusaha memandang segalanya dari berbagai sisi secara holistik sembari berusaha memahami segala yang tengah terjadi, mulai dari pencetus hingga motif/alasannya. tapi gue tetep punya patokan kira-kira kalau kelakuan X bisa dibenarkan atau tidak ya? seperti itu. kedua, dalam safe space ini aku tidak akan menekankan/memberikan solusi bahkan menjawab siapa yang salah dan yang benar. apapun aku bukan kamu, sengerti-ngertinya aku yaa gak bakal sampe 100%. kamu yang lebih berhak menilai dan memutuskan, karena kamulah yang menjalani semuanya dari awal hingga detik ini.
doktrin ajaran orang tua adalah salah satu hal yang cukup berpengaruh dalam membentuk value judgment seorang anak. kamu dan saudara-saudara kandungmu sudah diberikan pemahaman bahwa saudara 1 bertanggung jawab atas saudara 2, saudara 2 bertanggung jawab atas saudara 3, dan seterusnya. sehingga di sini aku melihat bahwa kamu "satu suara" dengan orang tuamu: kamu bertanggung jawab atas keluargamu, sesuai dengan ajaran orang tuamu, dan mungkin juga didukung oleh nilai-nilai agama seperti "kalau nggak ngurusin orang tua sama aja durhaka", misalnya. jika sudah menyentuh value seseorang, aku semakin tidak berhak membantah dan tidak bisa sesukanya menegosiasikan value-ku ke kamu.
case-nya di sini, kakakmu sepertinya mendapat pemahaman lain yang mungkin didapat selama kuliah. I mean, ucapan kakakmu bukanlah sindiran. memang sandwich gen terjadi karena, salah satunya, ketidaksiapan orang tua dalam mempersiapkan dana tua. terminologi/istilah sandwich gen ini dicetuskan oleh A. Miller di tahun 1981, dan masuk ke dalam suatu fenomena sosial yang umumnya sudah terjadi secara turun menurun. in other words, bisa jadi orang tuamu adalah sandwich gen juga tanpa kamu sadari. sehingga pemahaman itu pun "diteruskan" ke anak-anaknya, salah satunya kamu. melihat hal ini, seandainya ucapan kakakmu benar bahwa orang tuamu belum menyiapkan dana tuanya, yaa wajar aja. bisa jadi karena orang tuamu "mantan" generasi sandwich? kayak lingkaran setan ya, kalau dilihat-lihat...
jika kakak pertamamu bilang ke kakak keduamu bekerja untuk dirinya sendiri, nggak salah juga menurut logikaku ya. karena posisimu masih sebagai anak yang belum sepenuhnya mandiri, sehingga masih sepenuhnya menjadi tanggungan orang tua hingga nanti kamu berumur 21 tahun (ada undang-undangnya, lho. jadi aku nggak ngomong kosong doang). tapi if I were your older sister, aku akan tetap membantu keluarga SEMAMPUKU. monmap pake kepslok, soalnya nggak ada fitur nge-bold tulisan kayak di WA :') yang namanya "ngebantu" kan harus berkapasitas, nih. bayangin aja kita mau nolongin orang yang kelelep di pantai, tapi kita sendiri nggak bisa renang/skill renang kita belum jago-jago banget. lah piye mau nolongin orang lain? jangan-jangan malah kita ikut-ikutan kelelep, kan gitu.
soal "balas budi orang tua", sebenarnya tidak harus berbentuk uang kok. dengan kamu berlaku baik sebagai seorang anak, nggak berulah kayak si anak yang bapaknya ternak rubicon itu (CHUAKS!) pun sudah cukup lho sebenernya. tapi KEY POINT-nya memang pemahaman seorang anak harus mengurusi orang tua dan keluarganya di hari tua ini sudah menjadi doktrin yang mengakar masuk ke dalam masyarakat, sehingga bagi siapa saja yang tidak mengikutinya akan dicap sebagai anak durhaka atau anak tidak tahu terima kasih. kalau kayak gitu bukankah sama saja mengobjektifikasi anak sebagai "media investasi (bodong)"? bahkan di Al-Qur'an saja tidak ada perintah Allah eksplisit untuk menanggung biaya keluarga hingga terjebak sebagai sandwich gen dan hidup menderita secara fisik dan mental. tanggung jawab kita sebagai anak yaa berlaku dan bertutur baik, menghargai keberadaan orang tua, hingga mendoakannya meski mereka sudah tiada.
mungkin jawabanku akan dianggep "kelewat liberal" sama kamu, mungkin kamu nganggep aku sama kayak kakak pertamamu, ya? tapi di sini aku sudah berusaha seobjektif mungkin dalam merespon cerita ini. kalau ditanya, "apa cara pikir mba A ini yang salah?", menurutku yaa, tidak ada cara pikir yang salah. tiap orang punya pertimbangannya sendiri, punya value-nya sendiri, punya alasannya sendiri. kalau beda bukan berarti salah, pun kalau sama bukan berarti benar. mungkin juga responku tidak membantu banyak buat kamu yang sedang berusaha mencari jawabannya, karena (1) kata-kata yang kugunakan adalah "respon", bukan "jawaban"; dan (2) balik lagi ke statement-ku di paragraf ke-2 kalo ga salah...? safe space ini bukan untuk menjawab atau memberikan solusi mutlak atas cerita-cerita anon-san. apapun hal yang sedang kamu hadapi, kamu sudah berjuang sangat keras dan sangat baik. terima kasih ya, telah lahir di dunia ini. kamu layak untuk hidup sehat dan menemukan bahagiamu. semangat!
Hai kak, gmn kabarnya? Aku mau curcol kak dan plus minta saran. Aku akhir bulan februari lalu aku wisuda dan aku skrg sementara ini kerja di usaha ortu aku karena kata ortuku belajar kerja disini dulu tapi aku juga sekaligus disuruh ngelamar2 kerja. Tapii, aku sendiri rencana setahun di usaha ortuku dan setelah itu ngelamar menurut kakak aku harus gmn ya? Aku juga masih blum pede utk ngelamar pekerjaan karna ngga ada pengalaman kecuali kepanitiaan dan aku skrg kalau malamnya ada kelas online untuk nambah skill. Makasii banyak kak udah jawab
halo, anon-san! terima kasih telah bersedia menunggu responku, ya. aku udah sebulan nggak nyentuh retrospring sama sekali karena kesibukan di real life, alasan kesehatan, dan jam rutinitas yang agak berubah di bulan puasa. terima kasih udah percaya dengan safe space-ku, ya. mungkin responku tidak membantu banyak, tapi aku harap dengan ini kamu jadi punya wadah untuk mengekspresikan apa yang kamu rasa dan pikirkan tanpa takut dihakimi, ya.
aku juga mau mengucapkan selamat yaa karena telah berhasil lulus dan diwisuda! gimana perkembanganmu saat ini setelah satu bulan mengirimkan pesan ke sini? mungkin sebelumnya aku izin memberitahu bahwa apapun yang menjadi pertimbangan semua anon-san yang ngirim ceritanya ke retrospring, aku tidak berhak memutuskan A atau B atas pilihan hidup mereka. apapun, merekalah yang akan menjalankannya. asam-pahit senang-bahagia semuanya mereka yang melaluinya, bukan aku. aku pun nggak sepenuhnya paham situasi yang sedang dilewati. jadi aku selalu menekankan untuk mempertimbangkan baik-baik dan benar-benar jujur terhadap "suara" kebutuhan diri, sehingga ke depannya semua anon-san yang mampir ke retrospring mampu berdaya sepenuhnya mengambil keputusan bagi dirinya sendiri.
aku di sini hanya menambahkan bahwa pengalaman kepanitian cukup membantu, kok. sebenernya nggak perlu harus jadi mahasiswa super sibuk yang ngambil sepuluh organisasi, sepuluh UKM, sepuluh aktivitas kepanitiaan, dan magang di sepuluh instansi untuk bisa mendapat pekerjaan. I mean, buat apa aktivitas ini-itu kalau kamu bahkan tidak bisa menjabarkan apa saja output-nya sehingga kamu bisa memberikan sumbangsih ke instansi yang kamu lamar. jatohnya kayak budak sertifikat gitu lho: join ini-itu biar dapet sertifikat (atau pengakuan lah) tapi selesai dari sana yaa udah ga ada perubahan, cuman jadi yang pasif-pasif aja gitu. waktu aku kuliah, aku udah mantap nggak ikut organisasi, tapi sebagai gantinya aku aktif kepanitiaan (kita sama kok!), ikut seleksi magang di multinesyenel kampeni, dan exchange ke luar negeri. saat itu, aku melakukan apapun yang aku mau tanpa sibuk ngeliat kanan-kiri. I mean, buat apa aku maksain diri ikut organisasi tapi malah bikin IPK-ku jeblok, ya kan? tiap orang punya "daya jual" masing-masing, kok. itu sebabnya poin selanjutnya adalah, bagaimana kamu meramu CV kamu dengan baik sehingga kamu bisa melakukan personal branding yang mengagumkan di hadapan pihak recruiter.
sebagai orang dengan MBTI XNXJ, aku tuh orangnya well-planned bangettt dan melihat segala situasi yang berlangsung sebagai peluang yang harus dieksplor dengan baik. jadi, if I were you, aku akan melakukan semuanya paralel: usaha di tempat ortu oke, ngelamar sana-sini juga oke, ikut pelatihan online pun oke. kalo ngomongin masa depan, kita nggak pernah tahu jalan seperti apa yang bakal diewati. namun kalau ternyata menurut kamu lebih baik fokus membantu usaha orang tua agar CV-mu lebih berbobot, silakan juga. yang jelas tunjukan output apa saja yang sudah kamu hasilkan (paparkan secara kualitatif dan kuantitatif) setelah kamu membantu usaha orang tua. kemudian apakah skill dan output tersebut bisa kamu berikan juga untuk instansi tempat kamu melamar pekerjaan nanti, pun harus dijelaskan juga dengan bahasa yang efektif dan lugas. sisanya serahkan pada Tuhan, ya. kita hanya bisa berusaha maksimal di hal-hal yang bisa kita kendalikan. libatkanlah Tuhanmu di mana pun dan kapan pun kamu berada, bagaimana pun dan kapan pun kondisimu. karena hanya Tuhanlah yang mengetahui segala sesuatu yang ghaib.
Halo kak, aku mau cerita jadi ini tahun pertama aku masuk perkuliahan, tapi bukan di prodi yang aku pengen, kalau kampus sih puji syukur udah sesuai sama yang aku pengen. tahun ini rencananya aku mau ikut ujian tes masuk univ. lagi kak, aku pengen ngejar prodi impian aku biar nanti aku bisa merealisasikan cita-cita aku. tapi di satu sisi aku takut gagal lagi kak, akhir-akhir ini aku bingung, aku selalu mikir-mikir lagi apa aku beneran mau ikut tes lagi atau lanjut aja kuliah di prodi yg sekarang.
tapi aku pengen banget kak kejar impian aku (ini impian aku dari lama), tapi aku juga ga yakin bakalan bisa masuk kampus aku yg sekarang dengan prodi yg aku mau (karena persaingannya yg ketat dan kemampuan ku yg biasa aja). setahuku kalau mau pindah prodi itu pun ga bisa kak, soalnya grade prodi aku (rendah) sama prodi impian aku (tinggi) itu ngga sama (bisanya pindah dari grade tinggi ke rendah, bukan rendah ke tinggi). aku juga minta pendapat ke temen aku, kata dia mending salah jurusan tapi di kampus yg udah top biar nanti cari kerjanya enak karena kampusnya nya udah terkenal, daripada ngejar prodi impian aku tapi di kampus yg biasa-biasa aja yg belum tentu enak cari kerjanya. kalau kata temen aku yg lain dia bilang kaya gini kak, intinya gapapa kuliah di kampus yg biasa aja yg penting kamu bahagia dan kamu bisa kejar impian kamu, tapi posisinya dia itu kuliah di kampus yg bagus juga kak, aku takut dia bilang gitu cuma buat ngehibur aku aja :(
aku sebenernya juga sayang kak mau ngelepas kampus ku yg sekarang karena ini juga salah satu kampus impian aku, tapi jujur aku di prodi yg sekarang juga bingung kuliah kaya gaada feel-nya, aku sampe bingung disini mau ngejar apa? kaya kuliah sekedar kuliah terus ngerjain tugas, gaada motivasi lagi kak. dari semester satu aku udah ngerasa tertekan, stress ngerasa ga cocok di prodi ini, bahkan aku sampe sering nangis. aku juga kurang cocok sama lingkungannya kak, terutama sama pertemanannya. menurut kakak mending aku kubur cita-cita aku tapi aku kuliah di kampus yg sekarang (kampusnya bagus+impianku) atau aku tetep kejar prodi impian aku tapi ngelepas kampus ku yg sekarang dan pindah ke kampus yg biasa aja?
p.s : prodi yg aku ngerasa ga cocok ini sebenernya pilihan kedua aku sih kak, soalnya aku bingung mau isi apa lagi karena aku cuma suka prodi impianku (ini aku taro di pilihan satu) bener-bener ngga ada prodi lain lagi yg aku suka. dan ternyata aku keterima di pilihan kedua yaitu prodi yg sekarang aku kuliah. sebenernya ortu aku dari awal juga ga setuju sih kak kalau aku masuk prodi ini, cuma aku aja yg ngeyel karena waktu itu aku mentingin gengsi doang bisa kuliah di univ bagus, nyatanya prodinya sendiri pun aku ga seneng dan malah tertekan ngejalaninnya (aku tau ini emang salah aku).
makasih banyak sebelumnya kak udah mau baca cerita aku, maaf kalo cerita aku berbelit-belit 🥲🙏🏻
halo, anon-san! sebelumnya makasih banyak ya udah bersedia menunggu responku. udah sebulan nggak aktif retrospring karena aktivitas real life, alasan kesehatan, sampai jam rutinitas yang agak berubah semenjak bulan puasa. terima kasih banyak ya sudah percaya dengan safe space-ku dan mengerti kondisiku.
ada beberapa hal yang ingin aku sampaikan. pertama, nggak jaminan dapet univ bagus terus jadi gampang dapet kerja, gitu. karena percuma juga dari univ bagus tapi IPK pas-pasan. nggak semua orang demen ikut organisasi/kepanitiaan, ya. maka itu nggak sedikit juga freshgrad yang CV-nya terkesan "plontosan". kalau situasinya kayak gitu, mau nggak mau harus punya IPK yang mumpuni, dong? selain itu apapun kondisi kita beda banget sama Jepang yang kalau udah resmi jadi anak PTN top three tuh nggak perlu pusing-pusing nebar lamaran. kenapa? mereka yang nyari-nyari kita, mereka yang ngejer-ngejer kita. lah di sini? aku sendiri sebagai alumni PTN top three pernah ngerasain nganggur dan kelimpungan nyari kerja selama tiga bulanan. kalau kerja yang macem freelance misal, yaa udah aku lakoni sebelum lulus sebagai interpreter event jejepangan. tapi yang namanya standar society ya bund, kalo nggak kerja di kantor yang from monday to friday, 9 to 5, itu tuh kayak bukan kerja. untung banget anak-anak Gen Z berhasil ngedobrak itu. sebagai anak millennial bontot, aku ngerasa bersyukur banget sama kalian dan pengen deh rasanya muter waktu agar aku bisa nikmati bahagiaku sendiri tanpa beban tuntutan masyarakat yang kadang suka nggak ngotak hwhwhw
kedua, ini aku blatantly speaking yaa. mau itu pilihan kedua kek, ketiga kek, bagi orang yang terlampau logis (kadang sih, kadang!) kayak aku tetep menganggapnya itu semua adalah pilihanmu. jadi meskipun itu pilihan kedua dan kamu bisa lulus seleksi kuliah di sana, yaa itu bagian dari konsekuensi pilihanmu saat itu. kalau dibolehin flashback, kira-kira apa alasannya kamu memilih prodi itu sebagai pilihan kedua? di sini aku belum tahu nih, kamu masuk univ itu apakah, misal, melalui jalur SBMPTN (seleksi PTN tertulis rame-rame itu dah pokoknya) di mana kamu bisa pilih satu prodi di berbagai PTN atau kamu masuk di universitas itu dengan jalur mandiri (jadi cuma bisa pilih prodinya aja gitu). kalaupun kamu suka dengan satu prodi itu aja, mungkin kamu bisa cari "anakannya" sehingga ilmunya masih nyerempet-nyerempet dengan prodi yang paling kamu inginkan itu. misal, kamu keukeuh banget pengen masuk FK. sebagai pilihan kedua, kamu bisa ambil FKM, atau Keperawatan, atau Biologi. meskipun yaa jangan dibandingin karena ilmunya jelas-jelas beda, tapi setidaknya ada yang nyerempet-nyerempet dikit.
ketiga, di sini aku nggak bisa menentukan jawaban pastinya kamu harus bagaimana dan ngapain. karena apapun kamu yang akan sepenuhnya menjalani. kamu bisa mendiskusikan ini kepada orang tuamu agar mereka bisa membantumu memberi arahan. jika kamu merasa kurang nyaman dengan orang tua, kamu bisa coba diskusikan kepada saudara yang berkapasitas buat diajak ngobrol soal dinamika perkuliahan, atau ke dosen yang kamu percaya, atau bisa ke psikolog pendidikan jika memang mentok tidak menemukan siapapun yang nyaman diajak diskusi. tapi yang paling penting, coba temukan core problem/inti permasalahannya: apakah benar murni karena keilmuannya yang nggak cocok di kamu, atau faktor eksternal yang sangat memengaruhi kamu menjadi rentan demotivated, seperti yang kamu sebutkan lagi soal pertemanan. kalau pun sebelumnya orang tua sudah mengingatkan, yaa nggak apa-apa. hal yang wajar apabila masa muda kita bisa terlalu idealis hingga terkesan mengabaikan saran dan masukan orang lain. I mean, sisi positifnya berarti kamu tahu apa yang diinginkan dan tidak mudah digoyahkan orang lain.
kalau dibilang, "akunya aja yang ngeyel mentingin gengsi", "aku tau ini emang salah aku", yaa tolerable sih menurutku. siapa sih yang nggak pengen dipandang wow karena berhasil nembus suatu univ favorit? siapa sih yang nggak pernah idealis di jamannya? I mean, semua yang kamu rasakan, alami, dan pertimbangkan adalah valid. jadi silakan dipikir-pikir kembali mengenai core problem yang ngebikin kamu jadi tertekan kuliah dan segera mengambil keputusan. sometimes nggak apa-apa kok, mundur selangkah untuk bisa maju tiga langkah nantinya. yang penting kamu bisa mempertanggungjawabkan pilihanmu seutuhnya. kalau di awal aja kamu udah ngerasa tertekan gini, gimana nanti ngejalanin perkuliahan di semester-semester tua? gimana nanti kalo udah waktunya ngeskripsi? semangat ya, anon-san! aku berharap ada kabar baik darimu setelah ini.
Kak aku mau cerita. Aku fresh graduate, belom kerja. Mungkin ortu udah kesel liat aku ga kerja kerja juga padahal udah lulus mereka nyuruh aku ikut suatu pelatihan kerja yang aku masih pemula banget dan aku sebenernya ga terlalu mau. Yaudahlah aku ikut biar ortu ga bete. Nah pas aku ikut ada satu materi yg aku sama sekali belum pernah belajar, aku kesusahan dan pelatihnta marahin aku didepan kelas. Aku sedih, ngerasa ga guna. Pas pulang aku cerita ke ortu, mereka cuma respon harusnya aku bersyukur blablabla. Aku tambah sedih kak dengernya, rasanya kaya ga seharusnya aku ngerasa sedih cuma gara2 gabisa dan dimarahin. yaudah aku telen aja semua, gamau cerita lagi ke ortu
halo, anon-san! terima kasih banyak telah bersedia menungguku memberikan respon, ya. ada beberapa alasan hingga message-mu belum sanggup kurespon hingga satu bulan lamanya. mulai dari aktivitas real life, alasan kesehatan, hingga jam rutinitas yang bergeser saat bulan puasa. terima kasih banyak telah memahami kondisiku, ya. aku akan pelan-pelan membalas setumpuk message yang masuk di retrospring dan tetap berusaha memberikan respon yang terbaik buat anon-san semuanya.
gimana perkembanganmu saat ini, setelah satu bulan mengirimkan message ini? membaca ceritamu, menurutku sih tiap orang berhak merasa sedih di saat dirinya dalam keadaan tidak baik-baik saja. termasuk di kala kamu merasa kesulitan saat mengikuti pelatihan hingga dimarahi oleh coach (?) mu. respon orang tua yang seharusnya bisa menenangkan, menyemangati, dan berpihak pada kita malah tidak didapatkan sepenuhnya dengan tulus. jadi wajar apabila beberapa anak di luar sana merasa kesulitan hingga menutup diri sepenuhnya dari orang tua.
mencari pekerjaan bukanlah hal yang mudah. nyari angkot kosong atau driver ojol yang bener-bener mau nganterin kita aja butuh waktu, bukan? belum lagi tantangan tiap generasi pasti berbeda. jaman nenek-moyang kita dulu, mungkin stressor (pencetus stress)-nya adalah soal peperangan, penjajahan, jauh dari rasa aman karena takut ketangkap musuh dan diakhiri hidup-hidup. di generasi sekarang, mungkin kita nggak perlu merasakan betapa tertekannya harus bertarung senjata dan mengonsumsi makanan-makanan basi bekas penjajah. tantangannya berubah menjadi cara bertahan hidup dengan tetap waras, mencari pekerjaan, hingga menemukan pasangan hidup. jaman orang tua kita dulu, meski statusnya hanya sebatas pegawai admin, mereka bisa beli rumah layak dengan luas tanah segaban-gaban. tapi di jaman sekarang? harga gorengan aja udah ngadi-ngadi (di Depok sih bakwan abal-abal dijual 5000 = 3 pcs!). untuk memenuhi kebutuhan primer saja susahnya minta ampun. terlalu kompleks jika kita hanya memusingkan mengapa sulit mendapatkan pekerjaan di jaman sekarang. tetapi aku yakin, setidaknya kamu sudah berusaha dengan sangat baik. buktinya kamu mau ikut pelatihan, meski bukan sesuatu yang kamu mau.
anon-san, apapun kamu berhak menentukan hidupmu sendiri. jika kamu ingin mengikuti suatu pelatihan, ikutilah pelatihan/course pendek yang sesuai dengan minat dan pertimbangan karirmu di masa depan. kamu sepenuhnya bertanggung jawab atas hidupmu sendiri. orang tua punya jangka waktunya saat hidup berdampingan denganmu. ketika mereka nggak ada, suka tidak suka, siap tidak siap, kamu tetap lanjut berjalan ke depan. jika suatu saat nanti kamu bertentangan dengan orang tua atau orang lain, kamu berhak mengeluarkan pendapat dan menyatakan keinginanmu secara asertif. siapa lagi yang akan menolong hidupmu sepenuhnya kalau bukan kamu sendiri (selain Tuhan, tentunya)? berlatih komunikasi asertif memang tidaklah mudah. namun sekalinya kamu bisa, kamu akan merasa bahagia dan penuh dalam menjalani hidup. aku berdoa semoga kamu segera mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan passion-mu, yang membuat kamu bisa hidup mandiri dan bertanggung jawab penuh dengan kehidupanmu, pekerjaan dengan lingkungan kerja yang sehat, dan yang bisa membahagiakanmu dunia-akhirat.
kak aku bingung.. aku bohong ke keluarga soal skripsi. aku bilang udh sampe bab 3 padahal baru pengajuan judul, blm aku kerjain lagi dari taun lalu. Bpk udh nyuruh semester ini harus lulus karna udh mau pensiun. Setiap mau ngerjain psti takut duluan sampe skrng malah takut semuanya tentang kuliah. Gmn ya kak, itu proposal udh aku anggurin setaun lebih udh ganti pembimbing juga. Aku takutnya malah suruh ganti judul. Pengen lulus tp takut mau buka draft. Otakku beneran gk bekerja. Awal kuliah aku oke² aja pdhl.. Ngerjain tugas, ikut organisasi, ipk juga aman tp knp pas ngerjain skripsi begini ya kak? Rasanya mau ngilang aja, mau jd makhluk paling kecil yg bs sembunyi di bawah kasur ㅠㅠ
halo, anon-san! terima kasih banyak ya, sudah bersedia menunggu responku. message ini udah masuk sekitar satu bulan dan aku bener-bener nggak buka retrospring dalam hitungan minggu karena beberapa alasan. mulai dari aktivitas real life, kesehatan, hingga jam rutinitas yang agak berubah di bulan puasa. terima kasih juga sudah memahami kondisiku ya.
gimana perkembangan skripsimu sekarang setelah 1 bulan mengirimkan pesan ini? aku harap skripsimu sudah ada progress, ya. mungkin menurutmu progress itu kecil, ya. tapi progress tetaplah progress. nyusun skripsi bukanlah hal yang mudah, lho. jadi adalah hal yang wajar apabila kamu merasa demotivated hingga kesulitan untuk melanjutkan apa yang kamu harus selesaikan. understandable pula jika kamu sampai berbohong kepada ayahmu, namun menurutku bagaimana pun tindakanmu tidak bisa dibenarkan. berbohong hanya memaksa kita untuk melakukan kebohongan selanjutnya, selanjutnya, dan selanjutnya agar kebohongan-kebohongan sebelumnya dapat tertutupi.
kalau ditanya kenapa bisa kayak gini padahal awal-awal kuliah padahal baik-baik aja, mulai dari ikut organisasi sampai persoalan IPK pun "aman", yaa hanya kamu yang bisa menjawabnya. sejauh-jauhnya aku memberikan asumsi, pasti tidak sepenuhnya bisa meng-capture apa yang sedang kamu alami dan rasakan. kenapa? karena aku bukan kamu. aku bukan kamu yang menjalani dan merasakan semuanya sedari awal. jika kamu ingin mengatasi semuanya, idealnya memang mengetahui akarnya dan membasminya mulai dari sana. namun jika kamu sudah berusaha mencari jawabannya sendiri namun belum menemukan exact point-nya, jangan sungkan untuk meminta bantuan tenaga profesional, ya. mungkin di kampusmu ada layanan psikologi gratis untuk seluruh sivitas akademika, tidak ada salahnya dimanfaatkan. atau kamu bisa coba menceritakan kendalamu kepada dosen yang kamu percaya. tidak mesti harus dosen pembimbing skripsi apabila kamu belum sepenuhnya nyaman mendiskusikan hal ini, meskipun idealnya harusnya demikian.
mengerjakan skripsi bukanlah hal yang mudah. nggak sedikit dari pejuang skripsi yang sampai harus nangis tiap malam, merasa dirinya tidak cukup cerdas untuk berjuang sampai akhir, hingga terserang sakit fisik dan muncul pikiran-pikiran negatif. jadi kamu tidak sendirian, anon-san. namun yang ingin aku tekankan, kamu tetap punya alasan untuk berjuang dan menyelesaikannya sampai akhir. kalau bukan kamu yang menyelesaikannya, siapa lagi? kalau nggak sekarang diselesaikan, kapan lagi? apakah skripsi ini bisa didelegasikan (digantikan/dilakukan oleh orang lain)? kan enggak bisa, ya... skripsi juga adalah fase yang memang harus dilewati semua orang agar bisa menyandang gelar baru dan membawa pulang selembar ijazah. entah kapan kamu siap mengatakannya, tapi menurutku kamu bisa mencoba jujur kepada ayahmu terkait kondisi sebenarnya. meskipun itu bertahun-tahun kemudian, meskipun saat kamu akan bersiap merantau untuk bekerja nantinya, katakanlah betapa tertekannya kamu saat itu hingga harus berbohong pada ayah. mungkin kamu merasa khawatir mengecewakan dan menyusahkan ayahmu yang akan pensiun, ya? sampaikan pula alasan-alasan mengapa kamu harus sampai hati membohonginya. berjanjilah untuk tidak melakukannya lagi dan tetap tumbuh menjadi manusia yang baik, untuk kepentingan dirimu dan membahagiakan ayahmu.
terima kasih telah bertahan sampai detik ini! kamu nggak sendirian melewatinya, kok. kamu jauh lebih hebat dan berkapasitas dari apa yang kamu bayangkan. aku harap, di masa depan nanti, aku bisa mendengar kabar baikmu yang telah diwisuda, ya.
Kak, aku punya temen deket yang jarang banget chatan, gapernah ketemu lagi. Dia ngasih tau ke aku udah lamaaaa banget, kalo dia tuh bipolar atau borderline personality disorder gitu aku lupa. Aku ga masalah sama sekali, ga menjauh karena itu, tapi aku sama dia akhirnya menjauh karena dia sendiri yang sibuk organisasi, pokoknya padet banget deh jadwalnya. Intinya kita udh gaada kepentingan lagi, ga sempet say hi segala macem.
Kemaren, kita ketemu lagi. Kita update, cerita cerita pokoknya. Sampe dimana aku denger dia ngomong "selain bipolar, aku kena skizo sama PTSD tapi PTSD ku udah gaada sekarang" dan aku denger cerita dia pas halu kayak gimana, stress nya dia, pokoknya pas dia di fase manic (?). Jujur kak aku speechless, gatau mau ngomong apa, takut salah ngomong juga. Tapi aku ngerasa dia tuh kuaattt banget. Karena ya skizo nya kalo kambuh tuh udah parah banget kak.
Dia sama temen temennya itu hebat banget aku salut. Aku yang sempet ngerasa tergantikan sama temen temen barunya dia, jadi bersyukur dia punya temen sebaik mereka. Ntah dia nanti bakal sering main sama aku atau ngga, tapi aku seneng kondisi dia jauh lebih baik sekarang :')
Oh iya, dia emang dapet diagnosis itu dari psikiater kak, jadi bukan ngada ngada. Dia udah seringgg banget konsul ke psikiater dari beberapa tahun lalu katanya, dan yaaa akhirnya gitu deh, membaik perlahan. Aku bener bener seneng denger kabar ini :')
halo, anon-san! sebelumnya aku mengucapkan terima kasih karena berkenan menunggu responku setelah beberapa minggu ini sama sekali nggak buka retrospring dengan ragam alasan. mulai dari kesibukan real life, kesehatan, hingga jam rutinitas yang bergeser saat bulan puasa. terima kasih telah berkenan memahami posisiku.
sebenernya saat baca message ini pun, aku bingung harus bereaksi kayak gimana karena tidak ada harapan eksplisit kenapa kamu mengirimkan ini ke aku.namun aku ingin mengucapkan terima kasih karena telah menjadi salah satu teman terbaiknya. meskipun di tulisan ini kamu sebutkan kalau akhir-akhir ini jarang barengan lagi karena kesibukannya dia, tapi mungkin itu salah satu cara terealistisnya untuk bangkit dan kembali menemukan arti hidupnya kembali. aku percaya dia masih menganggapmu sebagai temannya. kalau enggak, dia mungkin nggak akan memberitahumu soal kesulitannya itu. orang dengan kesehatan mental yg butuh pemulihan biasanya tidak akan mudah terbuka dan menceritakan apa yang tengah dialaminya, karena sudah kadung tertekan oleh banyak hal. mulai dari rasa khawatir akan penolakan hingga stigmatisasi dan penghakiman society. jadi aku percaya kamu tetap ada di hatinya, meski mungkin intensitas dan kualitas pertemuan kalian tidak seperti dulu. terima kasih, ya. kehadiranmu sungguh sangat berarti untuknya.
SUDAH! jadi pada suatu malam, aku ngeliatin fotonya (ada aku di sampingnya juga wkwk!) dengan tatapan frustrated karena kayak, "gue pengen move on karena ini semua gak mungkin! tapi gue gak tahu harus mulai dari mana", gitu. bisa dibayangkankah? terus entah dapet kekuatan dari mana, aku nulis di kertas berkali-kali:
"I let you go. Thank you for coming into my life! Berkat pertemuan ini, aku jadi berani bermimpi kembali dan tumbuh mengejar mimpi-mimpi yang kukubur sebelumnya. Sampai ketemu lagi di kehidupan selanjutnya!"
sayang banget aku gak bisa nyertain foto sebagai proof-nya. setelah aku nulis berkali-kali kayak gitu, aku kan tidur. keesokan harinya perasaanku JAUH LEBIH ENTENG, dan foto itu aku hapus tanpa rasa berat setitik pun. semoga aku bisa menemukan cinta yang baru, cinta yang sehat, yang tidak saling melukai dan penuh tangisan.
Retrospring uses Markdown for formatting
*italic text*
for italic text
**bold text**
for bold text
[link](https://example.com)
for link