Retrospring is shutting down on 1st March, 2025 Read more
Pesan ini aku tulis ditemani lagu 'Sampai Jadi Debu' dari Banda Neira...
Radeska Bian, Aku sudah terima balasan pesan kamu dan terima kasih untuk yang satu ini. Ini lebih dari cukup. Sesaat sebelum aku membaca balasanmu aku menangis, rasanya begitu sendu malam hari ini di Jogja. Terima kasih untuk mantra kata dan kalimat penguat ini, Jika kamu berkenan kita berteman. Aku mengagumimu, Kamu.
Radeska Bian, Aku meminta maaf dan memohon izin karena dengan lancangnya aku mengangumi kamu seperti puisi. Abadilah kamu didalam puisiku.🌹
Kali ini, persembahan sapaku berbentuk puisi lagi,
Jemari dan hatiku senantiasa menari,
Untuk memastikan kamu akan menjamahnya sekali lagi,
Dalam bait-bait ini, magisku bersemi.
Di setiap senyumanmu, ada sihir yang menyapa,
Menerangi malam kelam, memecah sunyi senja.
Engkau bagai bintang di langit malam,
Bercahaya dalam gelap, membawa ketenangan dalam diam.
Pada kesempatan-kesempatan terakhir yang kumiliki,
Selagi napas belum berhenti,
Akan ada rasa kagum yang aku beri,
Namun kini, apakah aku sanggup untuk berhenti mengagumi?.
Doa-doa akan senantiasa mendampingi setiap langkahmu,
Tetaplah berbahagia, sebagaimana kamu,
Dalam setiap detik yang berlalu,
Karena kagumku abadi, seperti puisi untukmu.
Bagai mantra yang terucap di angin malam,
Kehadiranmu selalu menjadi penawar kelam,
Dengan mendoakan kebahagiaan dan cinta,
Yang abadi, meski tanpa raga.
M🌹
Yogyakarta, 2024
Halo, M. Akhirnya kamu mengirim pesan lagi. Maaf terlambat beberapa jam. Lagu yang menarik, M. Saya juga cukup sering mendengar lagu milik Banda Neira, terlebih ketika sedang bersedih. Harap-harap, pesan saya dapat mencukupi segala rasa-rasa yang ada, M. Maaf karena berbalasnya masih lewat sini, berkenanlah jika bisa bersua lebih lagi. Apakah Jogja malam ini dingin? Jakarta dilanda hujan tak berkesudahan sedari pagi. Semoga doa-doa baik dapat mendekapmu dengan hangat.
Tidak ada dosa untuk mengagumi sesiapapun, M. Sekalipun rasa-rasanya kamu tumpahkan melalui puisi. Segalanya dapat menjadi anugrah tergantung bagaimana kamu memandangnya, bukan? Terima kasih karena sudah berani mengungkapkan, M. Saya mengapresiasi segala kejujuranmu malam ini.
Awal bait puisimu saya kenal sekali, M.
"Jemari dan hatiku senantiasa menari, untuk memastikan kau akan menjamahnya sekali lagi. Dalam larik kali ini, kau telah menjamahnya dengan sepenuh hati."
Maaf jikalau belum bisa membalas puisi indah ini. Saya kehabisan kata untuk membalas setiap baitnya, terlalu cantik. Terima kasih, M. Perkenankanlah saya untuk menyimpan puisi ini.
Doa-doa baik saya senantiasa mengiringi langkahmu juga. Tetaplah berbahagia. Barangkali sedihmu hari ini masih mengganggu sanubari, tapi tetaplah percaya pada esok hari. Esok, kita akan kembali menjamah senang-senang.
DM saya terbuka lebar untuk menyambutmu, M. Ketuklah dan lekas bertamu. Saya akan menunggu jejak-jejakmu selanjutnya. Lekaslah istirahat dan sampai jumpa besok, M!
Radeska Bian 🍁
Jakarta, 2024
Retrospring uses Markdown for formatting
*italic text*
for italic text
**bold text**
for bold text
[link](https://example.com)
for link